Kermes ilicis o cochinilla de la encina, es un insecto hemíptero de la superfamilia de los cocoideos y familia Kermesidae, una de las siete especies del género Kermes.[1]
Es un parásito de plantas, siendo sus huéspedess varias especies del género Quercus, principalmente de Quercus ilex (del que toma su nombre vulgar, de la "encina"), especie que se distribuye por las regiones costeras de la cuenca del Mediterráneo, (España, Italia, Francia, Grecia, Argelia), encontrándose también en Portugal, Polonia, Hungría, Austria y Moldavia.[2]
Otras especies parasitadas por Kermes ilicis son Quercus toza, Q. suber, Q. pubescens y Q. coccifera.[3]
La especie fue descrita por Linneo en 1758, en la páxina 455 de la 10ª edición de su Systema Naturae, con el nombre de Coccus ilicis.[4][5]
La especie se conoció también por los sinónimos siguientes:[3][4]
Un tinte natural rojo se obtiene de los cuerpos secos de las hembras de Kermes ilicis, y también de su congénere Kermes vermilio. Este tinte, llamado quermes, fue utilizada desde la antigüedad, tiene aproximadamente una décima parte del poder colorante de la cochinilla. El colorante primario, el ácido quermésico, se extrae con agua. Estas especies de Kermes también contienen entre un 18 y un 32 % de taninos, por lo que se usaban para producir cueros de color oscuro. El pigmento carmesí de estos insectos se hacía a partir del quermes mediante extracción con álcalis y luego precipitándolo con trihidrato de alúmina (Al2O3·3H2O). Fue utilizado por los antiguos egipcios, griegos y romanos. Este tinte carmesí rara vez se usó después de que el carmín se hiciera popular en el siglo XVI por la introducción de la cochililla mexicana Dactylopius coccus, y dejó de emplearse en el siglo XIX.[6]
Durante muchos años se consideraron ambas especies como conesperíficas. Pero gracias a la determinación de las drogas por sus caracteres morfológicos externos al estudiarlas usando el microscopio, le permitió a Gustave Planchon corregir las identificaciones erróneas entre K. vermilio y K. ilicis, identicando a K. vermilio como especie separada.[7]
Kermes ilicis o cochinilla de la encina, es un insecto hemíptero de la superfamilia de los cocoideos y familia Kermesidae, una de las siete especies del género Kermes.
Kermes ilicis adalah salah satu spesies serangga dalam genus Kermes yang sering dijumpai dalam bentuk ulat dan dibiakkan untuk menghasilkan zat warna merah kirmizi (crimson dye, yang juga disebut kermes). Spesies lain yang menghasilkan warna yang serupa adalah Kermes vermilio.[1]
Nama lama: Coccus ilicis
Nama bahasa Inggris: crimson worm atau scarlet worm
Nama bahasa Ibrani: tola’at shaniy
Spesies penghasil warna merah kirmizi, yang masih berhubungan keluarga dengan serangga jenis Kocineal (dari superfamilia yang sama, Coccoidea). Biasa ditemukan hidup pada sejumlah spesies pohon ek di daerah Laut Tengah. Bentuknya bulat, seukuran kacang kapri, mengandung zat warna yang analog dengan carmine (yang dihasilkan oleh Kocineal), dan banyak digunakan sebagai pewarna kain. Dahulu dianggap bersifat tumbuhan dan digunakan pula sebagai obat. Nama "kermes" dari bahasa Inggris, juga ditulis sebagai chermes, menjadi asal kata untuk warna crimson, yaitu jenis warna merah kirmizi yang dihasilkan oleh K. ilicis atau K. vermilio.[3]
Sering disebut sebagai "cacing" (worm) atau "ulat" karena bentuknya, serangga jenis jantan mempunyai sayap dan terbang ke sana ke mari. Jenis betina yang tinggal di tanah. Ketika serangga betina siap untuk bertelur, ia akan memanjat batang sebuah pohon dan melekatkan dirinya begitu kuatnya sehingga ia tidak akan dapat meninggalkan tempat itu lagi. Di sana ia akan bertelur di balik badannya, sehingga telur-telur itu akan terlindung sampai menetas dan larva-larvanya menyebar pergi. Setelah itu serangga betina itu mati dan pada saat matinya, melepaskan cairan merah yang mewarnai pohon, larva-larva dan bangkainya sendiri. Dengan demikian larva-larva itu akan berwarna merah kirmizi seumur hidup mereka. Bangkai serangga ini kemudian dikeruk dari pohon tempatnya melekat, ditumbuk halus untuk membuat pewarna kirmizi (scarlet atau crimson). Pewarna ini dapat menembus dalam dan tidak mudah luntur oleh hujan atau dicuci, juga tidak mudah memudar sewaktu dipakai lama.[4]
Sejumlah hal khusus dari K. ilicis[5]
Bangkai K. ilicis yang ditumbuk itu mengandung bahan kimia bersifat anti-bakteri yang dipakai dalam dua jenis upacara penyucian di dalam ritual kuno Israel:[6]
Kematian ulat yang melekat di pohon demi keturunannya dan meninggalkan warna merah yang digunakan antara lain untuk penyucian dianggap sebagai lambang Yesus Kristus, sang Juruselamat umat manusia, yang mati disalibkan untuk menebus dosa umat-Nya dan darah-Nya yang tercurah menjadi tanda penyucian dosa.[2][5] Dalam Mazmur 22, tertulis nubuat bahwa Mesias (= Kristus) mengalami nasib seperti "ulat" (K. ilicis) ini.[7]
Kermes ilicis adalah salah satu spesies serangga dalam genus Kermes yang sering dijumpai dalam bentuk ulat dan dibiakkan untuk menghasilkan zat warna merah kirmizi (crimson dye, yang juga disebut kermes). Spesies lain yang menghasilkan warna yang serupa adalah Kermes vermilio.